SINOPSIS Mahaputra Episode 474
Selasa, 01 Desember 2015
Edit
Mahaputra Episode 474
Di kerajaan Udaipur, Pratap menemui ibunya dan memohon restu pada ibunya
sambil memegang kaki ibunya yang saat itu sedang berzikir diatas tempat
tidurnya sambil memejamkan matanya, begitu Pratap menyentuh kaki
ibunya, Ratu Jaiwanta segera membuka matanya dan tersenyum “Ibu, aku
tidak akan pergi ke medan perang manapun, ini adalah sebuah situasi yang
besar, ini adalah harapan terakhir kita untuk menyatukan Rajputana,
namun ironisnya aku harus bertarung melawan sekutuku sendiri untuk
membawa mereka bersama sama” ujar Pratap “Pratap, hal ini juga terjadi
sejak di cerita Mahabharata, apa yang kamu lakukan itu benar, tujuanmu
juga benar, dengan hanya melihat Chandrasen yang menjadi lawanmu maka
ibu yakin kamu akan berhasil” ujar Ratu Jaiwanta, kemudian Ratu Jaiwanta
turun dari tempat tidurnya dan mengambil piring aarti lalu menghampiri
Pratap dan segera memberikan tilak dan aarti untuknya, sebelum
meninggalkan kamar ibunya, sekilas Pratap melirik kearah patung Dewa
Khrisna dan Radha kemudian berlalu dari sana.
Di arena pertandingan, semua rakyat Udaipur telah berkumpul disana,
begitu pula para petinggi kerajaan Mewar dan tamu tamu undangan, saat
itu Ratu Durgawati duduk di sebelah Amar Singh “Maharani Durgawati,
apakah anda membunuh seekor beruang dengan sekali hentakan ?” Ratu
Durgawati langsung mengangguk “Dia akan membunuhku kalau aku tidak
membunuhnya” ujar Ratu Durgawati, kemudian Amar Singh menceritakan hal
hal yang positif tentang ayahnya, Pratap “Ayahku pasti akan menang !”
ujar Amar dengan matanya yang berbinar terang, Ratu Durgawati juga
memiliki keyakinan yang positif kalau Pratap bakal menang “Semua raja
raja akan mendukung pangeran Pratap, jika dia bisa memenangkan kompetisi
ini” tepat pada saat itu para Ratu mulai berdatangan, Ratu Bhatyani
segera memberikan salam pada semua tamu undangan, diikuti oleh Ajabde,
Ratu muda dan Chanayi “Selamat datang, ibu” ujar Jagmal yang saat itu
masih dalam keadaan mabuk, Ratu Bhatyani merasa prihatin dengan kondisi
anaknya “Jagmal, lebih baik kamu diam saja dan duduklah !” Jagmal tau
diri kalau ibunya tidak suka tingkahnya, sementara itu Chanayi yang
duduknya di dekat Rai Singh mencoba curi curi pandang ke arah Rai Singh,
Ajabde yang saat itu duduk di belakang Chanayi mulai merasa curiga
dengan tingkahnya.
Sementara itu, Pratap menghampiri kandang kuda dan mengambil kuda yang
telah dipersiapkan untuknya, Kanak Raj menawarkan kuda yang dibawanya ke
Pratap, kuda hitam itu tidak pernah mengikuti kompetisi apapun bersama
Pratap atau siapapun sampai hari ini, sedangkan Chetak, kuda putih
kesayangan Pratap kondisinya sedang sakit “Semua kuda bagiku sama saja”
ujar Pratap sambil duduk di pelana kuda hitam “Kalau Chetak itu sedikit
berbeda, dia itu tunggangan kuda yang memiliki kemampuan yang lebih”
Chetak langsung meringkik keras begitu mendengar ucapan Pratap “Chetak,
kamu tidak bisa menemani aku kali ini karena kamu sedang sakit sekarang”
Kanak Raj tersenyum senang sambil melirik kearah botol minuman keras
yang disimpan olehnya, tak lama kemudian Pratap meninggalkan kandang
kuda segera.
Di arena pertandingan, Pratap dan Chandrasen bersama sama memasuki arena
pertandingan tersebut, semua orang mengelu elukan keduanya “Hidup
pangeran Pratap ! Hidup pangeran Chandrasen ! Hidup pangeran Pratap !
Hidup pangeran Chandrasen ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran
Chandrasen !” dari tempat para ratu Chanayi sangat terkejut ketika
melihat kakaknya menunggang kuda hitam bukannya Chetak “Chetak itu
sedang kurang enak badan” Ajabde mencoba menjelaskan pada adik iparnya
itu, tepat pada saat itu pengaruh alkohol mulai bereaksi pada kuda hitam
yang ditunggangi oleh Pratap, Pratap dan Chandrasen kemudian turun dari
kudanya dan memberikan salam pada Guruji yang saat itu berdiri di atas
benteng pintu gerbang arena pertandingan, kemudian berbalik memberikan
salam pada semua ratu dan raja juga petinggi Udaipur yang duduk di
tempat mereka, mereka semua segera membalas salam Pratap dan Chandrasen,
lalu Guruji mulai memaparkan peraturan untuk kompetisi pada semua
orang, khususnya untuk alasan atau pentingnya kompetisi tersebut
diadakan “Babak pertama adalah pertandingan memanah !” Pratap dan
Chandrasen mulai bersiap siap, giliran pertama adalah Chandrasen, saat
itu seorang pria mulai memutar mutar sebuah apel dan dua buah benda yang
lain yang berwarna merah, Pratap dan Chandrasen harus bisa mengenai
apel tersebut dan apabila sasarannya tidak pada apel maka dia akan
langsung didiskualifikasi.
Chandrasen mulai bersiap siap membidik apel tersebut, semua orang nampak
tegang, ketika anak panahnya dilesatkan, anak panah Chandrasen tepat
mengenai sasaran pada apel tersebut, semua orang senang melihatnya,
rakyat pendukung Chandrasen juga mulai mengelu elukan nama Chandrasen,
Jagmal yang saat itu dalam keadaan mabuk juga ikut ikutan mengelu elukan
nama Chandrasen “Hidup pangeran Chandrasen ! Hidup pangeran Chandrasen
!” Ratu Bhatyani memandang Jagmal dengan tatapan tajam dan heran, Jagmal
menyadari tatapan ibunya yang tidak suka dengan tingkahnya, Jagmal
segera duduk sambil sempoyongan ditarik oleh Raimal, pamannya. Di arena
pertandingan, kali ini giliran Pratap yang harus membidik apel tersebut,
tak lama kemudian Pratap berhasil memanah tepat pada sasarannya, para
sekutu Pratap dan para ratu yang melihatnya merasa lega, Pratap dan
Chandrasen berhasil di babak pertama, babak pertamapun berakhir, namun
raja raja masih nampak tegang. Babak kedua adalah melempar tombak
terjauh, Chandrasen dan Pratap bersiap siap dengan tombak mereka masing
masing, saat itu Pratap teringat akan ucapan Raimal “Pratap telah
melakukan begitu banyak hal untuk negeri Rajputana. Jika dia menang maka
kita akan melakukan apa yang dia ingin kita lakukan. Jika Pratap kalah
maka kita akan bebas sebagai seorang individu dimana kita bisa mengambil
keputusan sendiri”
Pratap kemudian tersadar dan bersiap siap hendak melempar tombaknya
bersama sama dengan Chandrasen, mereka berdua berlari sekencang mungkin
hingga pada titik tertentu kemudian mereka berdua melemparkan tombak
mereka hingga melesat di udara dan mendarat tepat di dekat bendera yang
harus mereka tuju, mereka berdua kembali memenangkan babak kedua ini,
semua orang semakin tegang melihatnya. Babak ketiga adalah mengendarai
kuda dan mengatur kudanya sebaik mungkin “Ibu apakah ayah akan menang
dalam babak ketiga ini ?” tanya Amar ketika melihat ayahnya menunggangi
kuda hitam yang sepertinya tidak bisa dikendalikan “Ayahmu harus menang
untuk mencapai apa yang telah dia impikan selama ini, Amar” ujar Ajabde,
sementara itu Guruji kembali mengumumkan bahwa ada dua putaran yang
akan mereka lewati “Siapapun yang bisa membuat lawannya jatuh pertama
kali dari kuda maka dia akan dinyatakan sebagai pemenangnya !” ujar
Guruji, Raimal dan Jagmal saling berpandang pandangan dengan tatapan
mengejek untuk Pratap.
Chandrasen dan Pratap sudah siap menunggangi kuda mereka namun anehnya
kuda Pratap hanya berjalan bolak balik seperti sedang gelisah, sementara
kuda Chandrasen berdiri tenang, rupanya tanpa sepengetahuan Pratap,
kuda hitam itu diminumi minuman keras oleh Kanak Raj, Raimal dan Jagmal
sehingga kuda itu mabuk “Pangeran Chandrasen, apapun yang terjadi, aku
harap kamu tidak akan tersinggung” ujar Pratap yang merasa heran dengan
kudanya yang tidak bisa dikendalikan “Itu tidak menjadi masalah, lebih
baik kendalikan kudamu dulu” ujar Chandrasen, Pratap sangat kebingungan
karena kuda hitamnya malah menuju pada sisi yang berlawanan, semua orang
yang melihatnya juga merasa heran dan tegang, mereka tidak tahu apa
yang sedang dialami Pratap dan kudanya
DAFTAR SINOPSIS MAHAPUTRA ANTV