Mahaputra Episode 470
Selasa, 01 Desember 2015
Edit
Mahaputra Episode 470
Masih di istana Udaipur, Pratap dan Ajabde bersama keluarga kerajaan
yang lain termasuk Ratu Bhatyani dan anaknya, Jagmal. Saat itu mereka
sedang menyambut tamu kehormatan dari Amer, Raja Bhagwandas (kakak
kandung Jodha), Raimal yang saat itu juga ada disana berusaha mengejek
Bhagwandas akan pernikahan Jodha dan Akbar, namun Pratap berusaha
menyambut Bhagwan Das dengan sepenuh hati “Kami berharap adik
perempuanmu (Jodha) itu selalu bahagia dan merasa damai disana, Raja
Bhagwan Das” Bhagwan Das merasa senang dengan ucapan Pratap sambil
melirik kearah Raimal dengan perasaan tidak suka, kemudian Chakrapani
mengantarnya ke kamar tamu yang telah disediakan untuknya, sebelum
meninggalkan tempat tersebut kembali Bhagwan Das melirik kearah Raimal.
Sepeninggal Bhagwan Das, tak lama kemudian masuklah Raja Ram Singh
bersama adiknya, Chandrasen Singh, setelah diadakan ritual penyambutan
dipintu masuk lengkap dengan kalung bunga untuk mereka masing masing,
Pratap menyambut mereka dengan senyuman yang tulus, Pratap menyebut Raja
Ram Singh sebagai Kaku Sa akan tetapi Chandrasen tidak suka dengan
sebutan itu “Pangeran Pratap, hubungan kita telah berakhir sejak hari
itu ketika Phoolkanwar kembali dari Mewar ke Mawar untuk selamanya” ujar
Chandrasen sambil menahan marahnya “Chandrasen, lebih baik tidak usah
buang buang waktu percuma dengan mengingat ingat lagi masa lalu”
Chandrasen mengangguk menuruti perintah kakaknya “Aku kira sesuai dengan
Pratap Phool kalau itu semua hanya masa lalu” ujar Raja Ram Singh “Itu
bukanlah satu satunya hari ketika aku merindukannya, dia itu sudah
seperti seorang teman yang tidak akan pernah aku miliki lagi, bagaimana
keadaannya ?” Ajabde berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang
diantara mereka “Dia baik baik saja” ujar Raja Ram Singh dingin, Raimal
sangat menikmati permusuhan yang terjadi diantara mereka, Raimal
berpandang pandangan dengan Jagmal memberikan isyarat kalau hal ini bisa
mereka manfaatkan, sementara itu guru Raughvendra yang saat itu juga
berada disana bersama Chakrapani, dari kejauhan juga membicarakan mereka
“Chandrasen adalah seorang ksatria, sedangkan Ram Singh itu sedikit
lunak terhadap Akbar meskipun mereka berdua belum menandatangani pakta
apapun sampai saat ini” Chakrapani hanya mendengarkan ucapan guru
Raughvendra
Setelah Raja Ram Singh dan Chandrasen diantar ke kamar mereka untuk
istirahat, tak lama kemudian Ratu Durgawati telah mencapai Mewar,
penyambutan untuknya segera dilakukan di depan pintu masuk istana,
keluarga kerajaan Mewar sangat senang melihat kedatangannya “Jika kita
berada pada situasi yang sulit maka kita akan bergabung dengan seorang
perempuan, paman” bisik Jagmal pada pamannya, Raimal dengan nada tidak
suka “Itu tidak benar, Jagmal ,,,, jangan pernah mengira ngira tentang
temanmu dan musuhmu tanpa mengetahui mereka” ujar Raimal sambil berbisik
kearah Jagmal. Pratap dan istrinya, Ajabde menyambut Ratu Durgawati
dengan penuh hormat “Maharani Durgawati bukanlah wanita biasa !” ujar
Pratap lantang “Dia adalah satu satunya yang bisa melempar Pass Bahadur
(orang Afghanistan) keluar dari wilayah kekuasaannya, Maharani Durgawati
bertarung dengan orang orang Afghanistan dengan segelintir pasukan yang
ada dan akhirnya dia bisa menang dengan baik ! Ratu Durgawati telah
membuat negeri India bangga, sejak saat itu tidak hanya Afghanistan tapi
juga penguasa yang lain tidak ada yang berani menyerang Gondwana
kembali” ujar Pratap dengan bangga, Ratu Durgawati memberikan salamnya
pada semua orang “Aku sangat senang bisa berada disini” ujar Ratu
Durgawati, dirinya menunjukkan kecenderungannya ingin bertemu dengan
Amar, anak Pratap “Amar juga sangat senang untuk bertemu denganmu,
Maharani Durgawati ,,, dia tahu semuanya tentang kamu” sela Ajabde “Aku
yakin suatu saat nanti dia pasti akan menjadi seperti ayahnya ketika dia
dewasa nanti, ceritaku akan menjadi cerita untuk anak anaknya kelak”
ujar Ratu Durgawati
Sementara itu saat itu Chanayi sedang berdandan di depan kaca riasnya,
Amar Singh menemuinya sambil berkata “Kak Chanayi, semua orang ada
disini, kenapa kamu berdandan seperti ini ? Apakah ada sesuatu yang
special ? Aku yakin pasti ada sesuatu” Amar Singh menggoda Chanayi yang
saat itu masih asyik berdandan, Chanayi mulai jengkel dan segera
mengejarnya sambil berlari lari didalam istana, sementara Amar Singh
tertawa terbahak bahak sambil terus berlari, tiba tiba Chanayi
terpeleset ditengah jalan namun anak Raja Bikaner yang bernama Rai Singh
segera memegang tubuhnya erat, mereka berdua saling memandang satu sama
lain dengan tatapan canggung, ketika Chanayi telah berdiri “Siapa kamu
?”, “Aku Rai Singh, aku tersesat di dalam istana ini tapi aku pikir
sekarang aku telah berada pada jalan yang tepat” ujar Rai Singh sambil
tersenyum senang “Karena kamu baru di istana ini maka seharusnya kamu
menunggu pemandumu untuk menunjukkan sekeliling ruangan” Chanayi malu
malu mengatakannya “Mengapa kamu tidak mengantar aku berkeliling ruangan
istana ini ?” Rai Singh berusaha mencuri perhatian Chanayi, namun
Chanayi hanya diam dan berlalu meninggalkannya sambil melirik sekilas
kearah Rai Singh.
Sambil berjalan di sepanjang koridor, Ajabde memberikan instruksinya
pada para pelayannya “Minimal ada tiga pelayan yang menemani setiap
tamu” para pelayan mengerti kemudian meninggalkan Ajabde, tepat pada
saat itu Pratap memanggilnya dan menceritakan sesuatu pada istrinya itu
“Ajabde, aku lihat semuanya berjalan dengan lancar sampai saat ini”
Ajabde mengangguk tapi juga mengetahui bahwa ada suatu rasa permusuhan
yang tersembunyi diantara setiap raja yang mereka undang ke istana
mereka “Kamu telah mengurus semuanya dengan baik, tapi aku merasa aneh
karena ketika para raja dan ratu datang ke kota kita untuk yang pertama
kali, sayangnya ayah tidak ada di sini di singgsananya untuk menyambut
mereka” ujar Pratap sedih “Kamu itu perlu istirahat, Pratap” Ajabde
membalas ucapan Pratap sambil memegang tangan suaminya itu “Apakah ibu
akan datang ke ruang sidang nanti ?”, “Aku tidak tahu tapi aku akan
mencoba membujuk beliau” ujar Pratap kemudian berlalu meninggalkan
Ajabde, sepeninggal Pratap, Chanayi muncul menemui Ajabde “Chanayi, dari
mana saja kamu ini ? Maharani Durgawati menanyakan kamu dari tadi”
Chanayi kelihatan bingung dan gelisah seraya berkata “Aku akan datang
nanti untuk menemuinya, bibi” Ajabde melihat ada perubahan sikap pada
Chanayi “Apakah kamu butuh bantuan ?” Chanayi hanya diam saja kemudian
berlalu meninggalkan Ajabde, Ajabde merasa heran melihat tingkahnya
Sementara itu Ratu Jaiwanta sedang membuat garland (rangkaian bunga)
ketika Pratap menemuinya dikamarnya, Pratap segera duduk bersisian
disebelah ibunya “Apakah semua tamu sudah datang, Pratap ?” Pratap
langsung menganggukkan kepalanya begitu mendengar pertanyaan ibunya
“Rapat akan segera dimulai, ibu”, “Itu adalah kesempatan yang baik,
Pratap” namun Pratap merasa ada yang kurang “Tapi aku sangat merindukan
ayah, semua orang akan hadir di ruang sidang hari ini kecuali ayah” Ratu
Jaiwanta bisa melihat kesedihan di mata anak semata wayangnya ini “Itu
adalah perubahan dari bagian kehidupan, nak” Pratap berusaha membuat
dirinya sendiri merasa senang “Semuanya tidak ada yang bisa salah selama
ibu ada disini,” sesaat Pratap terdiam sambil melihat rangkaian bunga
yang ada ditangan ibunya “Ibu, maukah ibu datang ke sidang nanti untuk
membantu aku, aku akan merasa lebih percaya diri jika ibu ada disana”
Pratap sangat berharap ibunya bisa memenuhi keinginannya “Pratap, ibu
telah cukup lama menjauhkan diri dari semua kegiataan keduniawian dan
kamu tahu itu kan ?” Pratap mengangguk sejurus kemudian Pratap berkata
“Tapi apakah ibu tidak bisa hadir demi anakmu ketika dia membutuhkanmu
?” Ratu Jaiwanta tersenyum tak lama kemudian Pratap meninggalkan kamar
ibunya.
Di istana Agra, saat itu Akbar sedang melakukan persiapan mengeksekusi
seorang laki laki dengan cara memasung tangan dan kepala laki laki
tersebut di tempat pemasungan, tampak algojo sudah siap hendak memenggal
kepala sang terpidana, laki laki tersebut berkali kali meminta maaf ke
Akbar agar diampuni semua kesalahannya “Aku tidak pernah berbicara
dengan siapapun yang telah menjadi pengkhianat !” Akbar tidak ingin
bangsanya menyalahkan dirinya sebagai seorang pengecut atau orang yang
lemah “Aku telah memerintah kerajaan yang besar ini karena ketakutan
mereka ! Lalu apa yang bisa ditinggalkan ?” Akbar segera mengangkat
tangannya menyuruh algojo untuk segera mengeksekusi orang tersebut namun
tiba tiba seorang kasim menghentikan tindakan ini, si kasim mengabarkan
sesuatu yang sangat special ke Akbar, tiba tiba wajah Akbar yang semula
tegang berubah tersenyum senang dan akhirnya Akbar mengampuni orang
tersebut “Bebaskan dia !” perintah Akbar, Maan Singh yang berada disana
merasa heran “Hal ini akan mengirimkan pesan yang salah pada bangsa
mereka” bathin Maan Singh dalam hati, Akbar sendiri merasa senang ketika
mendapat sebuah pesan dari salah satu istrinya, namun sayangnya Maan
Singh terlihat tidak senang mendengarnya.
Para raja yang datang ke istana Udaipur bisa memaklumi dan menghormati
ketidakhadiran Maharaja Udai Singh di ruang sidang, saat itu para Ratu
Udaipur juga hadir di sidang dengan menontonnya lewat balkon yang berada
di atas ruang sidang tersebut “Aku harap semuanya akan baik baik saja
kembali” ujar Ratu Bhatyani yang saat itu hadir bersama Ajabde, Chanayi
dan istri muda Udai Singh “Semuanya akan baik baik saja, Maharani
Bhatyani” ujar si istri muda, sementara itu Ajabde berharap Ratu
Jaiwanta juga hadir disini untuk memberikan dukungan ke Pratap “Mungkin
bisa jadi Maharani Jaiwanta tidak hadir juga di sidang kali ini karena
di perayaan Bahubhoj kemarin, dia juga tidak datang bukan ?” ujar si
istri muda namun tak lama kemudian dari arah belakang mereka Ratu
Jaiwanta tiba tiba muncul menghampiri mereka, semua ratu merasa kaget
dan senang melihatnya. Pratap yang juga ada disana segera menengok ke
atas dan dilihatnya ibunya juga hadir diantara para Ratu untuk
memberikan dukungan padanya, Pratap merasa lebih percaya diri. Semua
tamu undangan telah duduk di kursi mereka masing masing “Terima kasih,
untuk kalian yang telah bersedia hadir pada kesempatan kali ini, namun
sayangnya ayahku Maharaja Udai Singh tidak bisa hadir untuk kesempatan
kali ini menemui kalian karena saat ini beliau sedang sakit, tapi beliau
mengirimkan salam untuk kalian semua, beliau juga akan mencoba untuk
menemui kalian semua secara pribadi kalau nanti kondisi badannya mulai
membaik” Pratap mulai memberikan kata kata sambutan pada semua hadirin
yang datang saat itu, sementara Raimal merasa bosan dengan basa basi ini
“Lebih baik Pratap langsung to the point saja pada tujuannya !” bathin
Raimal dalam hati “Pangeran Pratap, bisakah kamu langsung membicarakan
pokok permasalahan, apa yang ingin kamu sampaikan ?” ujar Chandrasen
dengan nada tidak suka “Kalian semua diundang kesini tidak untuk
membicarakan hal hal yang percuma, aku mempunyai sesuatu hal yang
penting dalam benakku” Pratap meminta persetujuan pada ibunya sebelum
mengutarakan niatnya mengundang para tamu kehormatan, Ratu Jaiwanta
hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya “Aku mempunyai tujuan untuk
menyatukan seluruh kerajaan Rajputana, maka dengan begitu kita bisa
memulangkan musuh kita kembali ke negerinya sendiri dan menjaga tradisi
kita, kebudayaan kita bersama sama” ujar Pratap, tiba tiba Bhagwan Das
berdiri dan bertanya “Pangeran Pratap, siapa yang kamu sebut sebagai
musuh ?”, “Yang jelas Jalalludin Akbar !” semua orang terkejut
mendengarnya “Pangeran Pratap, ada baiknya kalau kamu berfikir terlebih
dahulu sebelum mengutarakan idemu itu untuk menentang kerabatku !” ujar
Bhagwan Das sengit, Pratap mengetahui hal ini “Aku sangat menghormati
fakta yang ada, Raja Bhagwan Das tapi itu tidak merubah kenyataan
terbesar yang ada, seperti kita tahu banyak perempuan menjadi janda
karena kekejaman pasukan Mughal” ujar Pratap namun semua raja yang hadir
mengatakan kalau misi ini sangat tidak mungkin bisa terjadi.DAFTAR SINOPSIS MAHAPUTRA ANTV