SINOPSIS Mahaputra Episode 468
Selasa, 01 Desember 2015
Edit
SINOPSIS Mahaputra Episode 468
Di istana Udaipur, guru Raughvendra meyakinkan Pratap bahwa seluruh
wilayah Rajputana akan bersatu dalam waktu dekat dan Pratap akan menjadi
Maharaja di Mewar, Pratap merasa heran “Guru Raughvendra, aku merasa
heran kenapa semua orang menginginkan aku menjadi Raja ?” tanya Pratap
“Bangsa Mewar ingin melihat kamu menjadi Raja mereka, impian harus
menjadi kenyataan setelah sekian lama” tak lama kemudian seorang pelayan
menghampiri mereka dan mengabarkan sebuah pesan ke Pratap, Pratap
tersenyum setelah membaca pesan tersebut “Aku tahu itu pasti dari kepala
komandan yang telah setuju untuk hadir dalam kompetisi nanti” tebak
guru Raughvendra, Pratap menganggukkan kepalanya tepat pada saat itu
seorang pengikut Pratap mengabarkan pada Guru Raughvendra untuk
memberikan aahuti terakhir dalam pemujaan, guru Raughvendra menyuruh
Pratap untuk mengecek persiapan kompetisi sementara dirinya akan
menyelesaikan pemujaan pada Dewa Dewa.
Di ruang para ratu, para Ratu termasuk Ratu Bhatyani dan Ajabde sedang
menunggu kedatangan Ratu Jaiwanta, setiap orang mengira kalau Maharani
Jaiwanta tidak akan bergabung dengan mereka, tiba tiba seorang pelayan
menemui mereka dan mengabarkan keadaan yang sama, Ratu Bhatyani akhirnya
memutuskan untuk mengundang sendiri Ratu Jaiwanta. Pada saat itu Ratu
Jaiwanta sedang mengadakan pemujaan di kamarnya sendiri ketika Ratu
Bhatyani tiba dikamarnya “Kakak, aku telah mengundang kamu beberapa kali
sebelumnya tapi kamu selalu saja tidak mau bergabung dengan kami untuk
mengadakan perayaan Bhoj” Ratu Jaiwanta segera menghentikan pemujaannya
dan berkata “Aku telah berhenti berpartisipasi dalam semua perayaan
seperti itu, pemujaan dan ibadah adalah yang terpenting buatku
sekarang”, “Aku tahu kalau kakak tidak akan datang karena akulah yang
mengatur segala persiapan perayaan Bhoj ini, kakak pasti mengira kalau
aku masih sama seperti dulu, kakak tidak mempercayai aku atau apapun
pekerjaan yang aku lakukan, aku telah berusaha sebanyak mungkin seperti
yang aku inginkan untuk merubah diriku sendiri tapi kakak tetap saja
tidak percaya padaku” Ratu Bhatyani sedih dan tak terasa pipinya basah
oleh airmata “Aku telah meninggalkan semua perasaan emosi seperti itu
jauh jauh kebelakang, adikku” ujar Jaiwanta dengan senyum tipisnya “Aku
juga telah berubah, kakak ,,, aku selalu berdoa untuk kesehatan Pratap
setiap hari” ujar Bhatyani sedih “Aku tahu segalanya disini, sampai saat
ini Pratap masih hidup, bagaimanapun juga kamu dan anakmu pangeran
Jagmal tidak akan bisa mengusai Udaipur”, “Apakah ini pendapatmu tentang
aku, kak ?’ Ratu Bhatyani semakin sedih “Saat ini aku hanya fokus pada
Dewa Khrisna saja, aku tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan
semua hal seperti itu ataupun memikirkan kamu” ujar Jaiwanta tegas
“Kalau begitu kita seharusnya sama saja seperti dulu maka aku tidak akan
memanggil kamu, kakak ,,, kamu masih saja sainganku” ujar Ratu
Bhatyani, sementara itu Ratu Jaiwanta tetap pada pandangannya semula,
sedangkan Ratu Bhatyani berharap suatu hari nanti dia bisa merubah
pendapat Jaiwanta tentang dirinya sesegera mungkin.
Setelah acara pemujaan, Chakrapani mulai membaca ramalan tentang
Udaipur, Chakrapani sangat terkejut ketika membaca ramalan tersebut yang
menyatakan bahwa Maharaja Udai Singh tidak lama lagi akan meninggal
dunia dan raja selanjutnya bukanlah Pratap, ada orang lain yang akan
menggantikan Udai Singh, guru Raughvendra penasaraan melihat tingkah
Chakrapani.
Sementara itu Ratu Bhatyani sedang berjalan jalan di koridor istana,
kata kata Ratu Jaiwanta menghantui pikirannya, tiba tiba Jagmal (anak
kandung Ratu Bhatyani) berjalan sempoyongan ke arah Ratu Bhatyani,
Jagmal saat itu sedang mabuk dan hampir jatuh “Tidak penting apa yang
kamu lakukan atau siapa yang mendukungmu !” ujar Jagmal dengan suara
keras “Jagmal, jangan keras keras !” Jagmal menolak permintaan ibunya
untuk berbicara dengan suara yang rendah “Aku hanya ingin menjadi
Maharaja di kota ini, ibu !” Jagmal kemudian terjatuh dan pingsan di
pangkuan Ratu Bhatyani yang memegang anaknya itu, Ratu Bhatyani hanya
bisa menangis melihat tingkah anaknya itu.
Di tempat pemujaan Chakrapani masih berbincang bincang dengan guru
Raughvendra “Jika Pratap tidak menjadi raja Udaipur berikutnya maka
siapa yang akan menjadi raja ? Aku tidak melihat ada orang lain yang
bisa menjadi raja dalam sejarah kita selain Maharaja Udai Singh dan
pangeran Pratap, mengapa Dewa memainkan permainan yang kejam seperti ini
terhadap kita ?” ujar Chakrapani geram, tepat pada saat itu Pratap
menemui mereka berdua “Apa yang sedang kalian bicarakan ?” Chakrapani
langsung melemparkan surat yang ada ramalannya tadi ke dalam api, Pratap
bisa melihat ada ketegangan di wajah mereka berdua “Apakah ada yang
salah ? Apa yang kalian sembunyikan dari aku ?” Pratap sangat penasaran
dengan pembicaraan mereka “Pratap, Chakrapani baru saja menerima sebuah
pesan dari istrinya kalau dia akan sedikit terlambat datang ke Udaipur
karena kakaknya sedang melangsungkan pernikahan, Chakrapani marah dan
membakar suratnya” guru Raughvendra mencoba mengalihkan pembicaraan agar
Pratap tidak ikutan tegang, Pratap menyuruh Chakrapani beristirahat dan
pulang kerumahnya terlebih dahulu, Chakrapani menolak “Aku tidak bisa
pergi, Pratap ,,, apalagi di saat saat yang penting seperti ini, aku
akan pulang setelah acara kompetisi berakhir” ujar Chakrapani, Pratap
menyetujuinya “Aku ingin pangeran Jagmal mengurus acara kompetisi ini
dan persiapannya, aku tahu kalau dia belum pernah melakukan hal hal yang
penting sejauh ini tapi bagaimana dia bisa mendapatkan kesempatan untuk
menunjukkan pada kita jika aku tidak membiarkan dia melakukan hal itu
?” Chakrapani dan guru Raughvendra hanya bisa diam mendengarkan ucapan
Pratap “Aku ingin setiap orang meningkatkan kemampuan dan keahlian
mereka, hal itu akan membantu orang orang kita lebih baik lagi, aku
minta tolong bagikan surat surat yang masih tersisa ke kerajaan kerajaan
tetangga” ujar Pratap kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua.
Sepeninggal Pratap, guru Raughvendra berkata “Chakrapani, aku tidak
percaya dengan ramalan itu, aku hanya tahu dan yakin kalau tidak ada
yang bisa menjadi Raja Udaipur yang lebih bagus selain Pratap ! Aku akan
tetap pada ideologiku ini sampai Pratap berhasil dalam misinya
menyatukan seluruh Rajputana !”
Maharaja Udai Singh sedang tidur di kamarnya, salah seorang putri raja
menawarinya minum air putih namun Ratu Bhatyani yang saat itu sedang
menemaninya, menyuruhnya untuk memberikan air tersebut ke dalam gelas
tembaga, kemudian gadis itu keluar dari kamar Udai Singh “Kami harus
merawat kesehatanmu, Maharaja” Maharaja Udai Singh bisa melihat
kekecewaan di wajah istri tercintanya ini, kemudian Ratu Bhatyani
menceritakan pada Udai Singh kalau dirinya telah mengatur acara Bahubhoj
tapi Ratu Jaiwanta tidak mau menghadiri acara itu “Kamu seharusnya
tidak usah berharap banyak kalau Maharani Jaiwanta mau menghadari acara
seperti itu karena dia telah mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk
Dewa, kita harus mengubah pemikiran kita mengenai dirinya” ujar Udai
Singh sambil terbaring dikamarnya “Aku pernah merasa sedikit terkejut
ketika dia tidak datang ke kamarku tapi kemudian aku sudah terbiasa
dengan hal itu, aku menyadari kalau Dewa Khrisna telah menjadi prioritas
utamanya saat ini” tepat pada saat itu Raimal (kakak Ratu Bhatyani)
menemui mereka, Raimal memberikan salam “Maharaja Udai Singh, siapa yang
akan mengatur kerajaan kalau kamu jatuh sakit seperti ini ?” ujar
Raimal dengan sikap pura pura sedih, Udai Singh menghela nafas panjang
dan berkata “Ada Pratap, Pratap yang akan mengurusnya, tidak ada yang
akan terjadi selama dia ada disini” ujar Udai Singh bangga, Ratu
Bhatyani juga mengatakan hal yang sama seperti Udai Singh yaitu
mempercayakan semuanya pada Pratap.
Di sebuah ruangan, Jagmal sedang duduk di ayunan besar sambil meminum
arak dan menikmati tarian dua penari yang menghibur dirinya, Jagmal
sangat menikmatinya, kemudian Jagmal meminta kedua penari ini untuk
menunjukkan padanya sesuatu yang berbeda yang bisa membuatnya senang
namun tepat pada saat itu ada seseorang yang menghentikan tarian kedua
penari ini “Kenapa kamu begitu tegang melihat aku ?” tanya Jagmal dengan
nada tidak sopan karena ternyata orang itu adalah guru Rauhgvendra,
para penari itupun segera berlalu meninggalkan mereka “Aku sangat sedih
melihat kamu yang membuang buang waktu percuma, sementara disini ada
banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk menyambut acara yang akan
berlangsung” ujar guru Raughvendra “Kamu lupa guru Raughvendra kalau
tugasku adalah mengatur tarian dan kesenian di kerajaan kita ini, aku
melakukannya dengan sangat hebat !”, “Saat ini aku akan memberikan kamu
tugas untuk mengatur acara kompetisi menembak !” ujar guru Raughvendra
dengan tatapan matanya yang ketus “Aku tahu kalau kamu ingin agar aku
mengikuti semua yang kak Pratap katakan, iya kan ? Aku ini bukan
pelayannya !” ujar Jagmal sengit “Kamu seharusnya mengikuti proses
berfikir bukan hanya apa yang kamu inginkan akan tetapi kamu harus
mematuhi apapun yang kakakmu katakan karena bagaimanapun juga kamu
adalah masa depan Maharaja Udai Singh untuk Mewar !” dalam hati Jagmal
berkata “Pratap harus mengikuti semua perintahku nanti !”
DAFTAR SINOPSIS MAHAPUTRA ANTV